BATURAJA – Salamrakyat.com – Siapa sangka sosok pemuda yang dilahirkan di Baturaja, 15 Februari 1988 lalu menjadi tokoh pemuda yang berkarakter dan gigih dalam mengarungi jalan hidupnya hingga menemui titik kesuksesan di masa yang cukup muda.
Dia adalah Febri Yanto yang menjadi aparatur sipil Negara (ASN) dengan jabatan kepala bagian humas dan protokol sekaligus ajudan Walikota Pangkal Pinang, H. Maulan Aklil, SIP. M.Si dan menjadi Ketua KNPI Pangkal Pinang hanya dalam kurun waktu setahun.
Kepada awak media yang pernah mengorek informasi kesuksesan pribadinya, ternyata untuk mencapai apa yang ia gapai sampai saat ini ternyata penuh perjuangan, banyak mengalami halangan dan rintangan yang sulit namun hingga sampai mampu ia melewatinya.
Meski awalnya Febri Yanto menganggap apa yang ia gapai hari ini merupakan sesuatu yang biasa dan tidak perlu dibesar-besarkan, akhirnya ia juga mengungkapkan perjalanan liku-liku kehidupannya mulai dari duduk di bangku sekolah sampai ia terdampar dan berlabuh menjadi ASN di Kepulauan Bangka Belitung padahal ia adalah putra asli daerah Baturaja Kabupaten OKU Sumatera Selatan.
Bermula menceritakan kisahnya pria ramah dan mudah akrab ini menuturkan, sejak menempuh pendidikan di bangku sekolah, ia menamatkan sekolah SDN 2, dilanjutkan meneruskan pendidikan di SMPN 1 Baturaja.
Sejak menamatkan pendidikan di SMAN 1, perjalanan hidupnya di mulai dalam proses pematangan sekaligus dibenaknya sudah berpikir untuk bekerja dengan mengikuti banyak test.
“Saya pernah empat kali ikut test Bintara polisi, ikut test Akmil, Bintara tentara dan test Tamtama. Semuanya gagal,” ceritanya sambil tertawa.
Kegagalan ini bukan membuat saya patah arang dan prustasi namun menambah daya juang saya untuk tetap bersemangat dan harus tetap berjuang untuk menggapai apa yang saya inginkan.
“Nasib saya akhirnya mampu mengikuti test SPTDN dan Alhamdulillah berhasil lulus hingga menamatkan pendidikan di SPTDN,” jelasnya Febri.
Awal mendapatkan penempatan di Pemerintah provinsi Sumatera Selatan di Dinas Pemuda dan Olahraga. “Saat itu Kadin Dispora, Pak Syaidina Ali dan langsung mendapatkan perintah untuk mengurus Paskibraka.
Perjalan karir berikutnya, Febri mengaku pindah ke Kabupaten PALI dan menjadi Ajudan Bupati Heri Amalindo.
Setelah itu ia kembali mendapatkan SK baru di Dinas Perhubungan Pemprov Sumsel dan mendapat tugas di timbangan Martapura OKU Selatan mulai 2013 -2015.
Di Tahun 2015 sampai 2018, mendapatkan tugas baru ke Kabupaten OKU Selatan dan saat itu Bupati OKU Selatan adalah Pjs. Pak Roby dan saya dilantik sebagai Kasubag protokol 2015-2018.
“Bahkan setelah menjadi Kasubag Protokol saya dipercayakan menjadi Sekcam. Buay Pemaca OKU Selatan,” tutur Febri.
Dengan banyaknya pengalaman sejak awal dilantik menjadi PNS, namun gejolak untuk terus menempah kepribadian, kepemimpinan dan jati diri merasa terus ingin saya lakukan.
“Saya sempat merenungi diri dalam terus menempah jati diri sebagai abdi Negara, hingga akhirnya saya memutuskan untuk mengadukan nasib saya kepada Allah SWT dengan melaksanakan shalat istikhoroh,” cerita Febri dengan bersemangat.
Disini saya seperti mendapatkan tuntunan jalan hidup kedepan. “tiga kali saya shalat istikhooroh, tiga kali saya bertemu Pak. Molen (Maulan Aklil) dan malah juga sempat bertemu Joko Widodo.
Karena merasa yakin dengan petunjuk itu, akhirnya saya menghadap pak Molen, yang menjabat sebagai Walikota Pangkal Pinang. “Pertemuan dengan Pak Molen bagi diri saya tidak banyak, ia sempat menjadi sambutan dalam hari pesta perkawinan saya diakhir musim memutuskan masa lajang dan saya mendapat istri yang saangat cantik anak dari mertua saya, Mukti Sulaiman (mantan Sekda provinsi Sumsel) saat Pak Molen menjabat Pj. Bupati OKU tahun 2015,” ujar Febri berkisah sedikit membanggakan istrinya.
Benar saja, saat menghadap saya diterima dengan baik oleh Pak Molen dan terhitung 1 Mei 2019 saya resmi jadi pegawai ASN Pangkal Pinang, dan menjadi staf humas dan protokol, lau menjadi kasubag dokumentasi.
“Setahun kemudian baru diangkat Plt. Kabag Humas dan Protokol dan akhirnya menjadi Kabag Humas dan Protokol,” papar Febri dengan nada gembira.
Disinilah Febri merasa bahwa ketika jalan hidup yang ingin di tempuh, bila mengadu kepada Yang Maha Kuasa, maka jalan hiduppun terasa terarah dan lebih mudah menggapainya.
Mengapa demikian, ia menemui sosok pemimpin daerah seperti Pak Molen, selain sebagai guru, mentor, beliau juga tempat saya curhat dalam upaya mengerjakan pekerjaan sekaligus seperti orang tua sendiri.
“Pak Molen, sosok pemimpin muda yang visioner dan selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi masyarakat dalam kepemimpinannya,” urai Febri yang sekaligus menjadi menjadi ajudan Molen hingga kini.
Tantangan menempah diripun tidak sampai disitu, Febri mengaku dengan modal dan pengalaman serta kemampuan pribadinya, ia mencoba untuk terus berkarir di organisasi kepemudaan di Kota Pangkal Pinang.
Setiap Jum’at, di Pemkot Pangkal Pinang ada program “Jum’at Bahagia”. Ini merupakan wadah Pan Molen untuk berkomunikasi langsung dengan masyarakat yang dipimpinnya dalam upaya mendengar suara aspirasi masyarakat.
“Disini ilmu yang ditanamkan oleh Pak Molen adalah ikhlas dalam membantu orang lain. Saya diingatkan, kalau tangan kanan memberi maka tangan kiri jangan tahu,” jelasnya.
Artinya ilmu ikhlas yang beliau tanamkan. Pak Molen adalah pemimpin yang tingkat pengalaman kerja dan lobi yang tinggi semisalkan beliau mampu mendatangkan bantuan pusat dalam upaya membangun daerahnya.
“Beliau selalu mengedepankan pekerjaan yang mendatangkan manfaat untuk masyarakatnya. Jadi beliau lebuh kepada menunjukkan kerja dulu, soal penilaian diserahkan kepada masyarakat,” terangnya.
Bermodalkan ini dan ditambah instingnya Febri mengaku mulai tertarik untuk memimpin organisasi pemuda yaitu KNPI Kota Pangkal Pinang. Dirinya tidak menghiraukan apakah bakal terpilih atau tidak karena di dalam dirinya yang penting ikhtiar, berbuat untuk masyarakat dengan ikhlas dan selalu mendekatkan diri dengan Tuhan dalam upaya menggapai apa yang ia impikan.
Meskipun baru seumur jagung sejak 1 Mei 2019 masuk di Kota Pangkal Pinang, ia sudah bergabung di beberapa OKP Kepemudaan, seperti Muhammadiyah dan menjadi wakil ketua di Karang Taruna.
Apa yang dilalui Febri tidaklah muda, sebagai orang datangan atau bukan orang asli Pangkal Pinang, ia mencoba untuk menjadi di organisasi KNPI sebagai Ketua.
“Ternyata hal yang terasa sulit dan tidak mungkinpun, berkat kegigihan, lobi, meskipun banyak halangan dan rintangan, akhirnya saya dapat terpilih sebagai Ketua KNPI Kota Pangkal Pinang walau bukan putra asli daerah,” ujarnya serambi merasa sangat bersyukur.
“Sejak dilantik sebagai Ketua KNPI yang baru sekitar tiga bulan, KNPI Pangkal Pinang sudah memiliki Gedung Sendiri yang representative, memiliki mobil OKP dan mendapatkan bantuan dana CSR dari perusahaan berupa ambulan yang dapat digunakan untuk masyarakat,” terangnya.
Saya sangat bersyukur kepada Allah, berkat pertemuan saya dengan Pak Molen, saya dapat berkarya lebih baik di Kota pangkal Pinang dengan petunjuk, arahan dan ilmu beliau yang saya serap. “Disini saya yakin, Pemuda itu kekuatan apabila diolah dengan baik, insyaallah jadi besar,” pungkasnya. (**)(profil bersambung)
Komentar