#Terpampang Sebagai Pusat Penelitian Tapi Diakui Sebagai Kebun Produksi
BATURAJA – Salamrakyat.com – Keberadaan Perkebunan Karet SEMBAWA Desa Kungkilan Kecamatan Sosoh Buay Rayap (SBR), Desa Wai Heling dan Desa Simpang Empat Kecamatan Lengkiti OKU dipertanyakan masyarakat. Soalnya perkebunan SEMBAWA yang memiliki lahan sekitar 487 ha ini ternyata bukan tempat penelitian karet melainkan menjadi lahan produksi karet.
Seperti diungkapkan Kepala Desa Kungkilan Kecamatan SBR OKU, Ipen Japrin sejak berdiri tahun 2011 hingga sekarang Sembawa bagi masyarakat tidak jelas judulnya apakah tempat penelitian atau menjadi lahan produksi karet.
“Kalau melihat plang merek di lokasi dan di dalam kantor Sembawa, itu disebut lokasi penelitian karet. Kalau dia sebagai tempat penelitian maka maksimal lahan yang dimiliki 25 ha, sementara lahan yang dimiliki Sembawa sekarang lebih 400 ha dan selama ini kita melihat itu bukan lahan penelitian tapi sudah prosuksi karena selalu mengangkut puluhan ton tiap bulannya,” katanya.
Beberapa kali aparat desa mencoba melakukan komunikasi dengan pemerintah, baik kepada Bupati (Alm). Drs. H Kuryana Azis maupun kepada Wakil Bupati OKU, Drs. Johan Anuar SH MM, namun jawabannya juga tidak jelas.
“Persoalan Sembawa seperti terkesan ditutup-tutupi dan tentu hal ini mengundang pertanyaan masyarakat. Masyarakat perlu tahu kalau sebagai lahan penelitian, maka pastilah pajaknya dihitung seluas 25 ha, tetapi kalau lahan produksi maka pajak daerahnya tentu diatas 400 ha, maka hal ini perlu dikonfirmasi kepada pihak perpajakan, biar terang benderang, apakah Sembawa ini ada permainan atau tidak,” paparnya.
Sejak awal pendiriannya, masalah Sembawa ini syarat dengan KKN, mulai dari pembebasan lahan warga, pembebasan jalan menuju ke lokasi sembawa, pihak Sembawa sendiri kurang melakukan koordinasi dengan pemerintah desa, sampai kepada plank merek hanya tertulis Sembawa sebagai pusat penelitian, tapi faktanya Sembawa melakukan produksi karet.
“Mestinya aparat penegak hukum dapat melakukan penyelidikan dan penyidikan terkait keberadaan Sembawa apakah sebagai pusat penelitian atau Sembawa sebagai perusahaan perkebunan yang memproduksi karet. Setahu saya, Sembawa itu pusat penelitian sebagaimana tertera di plang mereknya, apalagi induknya yang berkantor di Sembawa pangkalan Balai Banyuasin, itu jelas Sembawa sebagai pusat penelitian,” paparnya.
Jadi wajar saja jika masyarakat selama ini menduga jangan-jangan Sembawa ini perkebunan milik segelintir oknum-oknum di SEMBAWA, yang menggunakan anggaran dana PTPN, yang lahannya, bibitnya, karyawannya, keuangannya menggunakan dana PTPN, tetapi hasilnya dinikmati hanya segelintir oknum di Sembawa.
“Oleh karena itu, kita meminta pihak-pihak terkait, mulai dari pemerintah OKU, Sembawa harus mampu menjelaskan kepada masyarakat secara terang benderang, mulai dari Sembawa apakah sebagai tempat penelitian atau lahan produksi karet, soal perizinan dan perpajakannya agar jelas pemasukan buat daerah sehingga tidak memunculkan berbagai penafsiran,” harap Kades.
Sementara itu, Ketua Forum Komunikasi Masyarakat Sumatera Selatan Bersatu Kabupaten OKU, Kadarudin didampingi Sekretarisnya, Fauzi mengatakan pihaknya sudah lama mendapatkan informasi soal ketidakjelasan keberadaan Sembawa ini.
“Oleh karenanya kita melakukan investigasi, mulai menanyakan persoalan ini kepada pihak Sembawa, pihak pemerintah OKU sampai langsung turun kelapangan agar memperoleh data dan fakta yang akurat. Memang benar ternyata Sembawa yang plang merek dilokasi perkebunan dan di dalam kantor Sembawa tertulis Pusat Penelitian, namun nyatanya mereka memiliki lahan 487 ha yang sudah melampau jumlah lahan melebihi sebagai tempat penelitian,” katanya.
Forkom SSB juga telah menyelidiki soal perizinan Sembawa ini di Kantor Perizinan OKU, namun pihak perizinan menyatakan tidak mengetahui soal perizinan Sembawa dengan alasan kantor Perizinan saat itu belum berdiri.
“ Jadi kita juga menduga kalau keberadaan Sembawa ini perlu ditindaklanjuti kepada aparat hukum untuk melakukan menyelidikan dan penyidikan agar apa yang menjadi pertanyaan masyarakat selama ini dapat terjawab secara terang,” ungkap Kadarudin.
Sementara itu, Rahman asisten Perkebunan Sembawa yang ditemui awak media di kantornya yang berlokasi di Perkebunan Sembawa Desa Kungkilan OKU, mengaku kalau Sembawa di Desa Kungkilan SBR, Desa Wai Heling dan Desa Simpang Empat Lengkiti bukan tempat penelitian, namun perkebunan yang meproduksi karet.
“Saya baru setahun setengah menjabat Asisten di sini dan saya ditugaskan dari kantor Sembawa dan perkebunan ini merupakan perkebunan produksi karet bukan penelitian,” ujarnya.
Ketika ditanya mengapa plang merek mulai masuk di lokasi perkebunan tertulis Sembawa sebagai pusat penelitian, Rahman menjawab kalau soal itu dia kurang tahu jelas, dan dia meyakinkan kalau perkebunan karet di tiga desa tersebut merupakan perkebunan produksi karet.
Sementara itu, Manager Sembawa, Iwan Dala yang dikonfirmasi via selulernya mengatakan apa yang disampaikan oleh Asisten Manager, Rahman itu sama saja apa yang akan saya sampaikan, jadi silahkan di tulis apa yang ia sampaikan.
“Sama saja apa yang pak Rahman sampaikan, jadi silahkan saja ditulis apa yang ia sampaikan,” ujar Iwan Dala langsung menutup sambungan teleponnya. (**)
Komentar